Pendidikan adalah pilar kemajuan, namun tidak luput dari masalah sosial. Untuk memahami akar dan dampaknya, kita bisa menggunakan kerangka berpikir Horton dan Hunt. Pendekatan mereka menawarkan dua elemen kunci: kondisi sosial dan masalah sosial. Keduanya harus dipahami secara berbeda untuk analisis masalah sosial yang komprehensif.
Kondisi sosial adalah situasi atau fenomena yang diamati secara objektif. Misalnya, tingkat putus sekolah yang tinggi atau rendahnya kualitas guru. Kondisi ini dapat diukur dan didokumentasikan dengan data statistik, menjadi dasar penting dalam setiap analisis masalah sosial yang mendalam.
Namun, tidak semua kondisi sosial dianggap sebagai masalah. Menurut Horton dan Hunt, suatu kondisi baru menjadi masalah sosial ketika masyarakat meyakininya sebagai ancaman. Persepsi kolektif ini adalah elemen kunci yang mengubah fakta menjadi isu yang membutuhkan perhatian publik.
Sebagai contoh, kesenjangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesukan adalah kondisi sosial. Ketika masyarakat menyadari bahwa ketidaksetaraan ini menghambat kemajuan bangsa, barulah ia diakui sebagai masalah sosial yang mendesak.
Dalam konteks pendidikan, pendekatan ini sangat relevan. Misalnya, kurangnya fasilitas di sekolah-sekolah terpencil adalah kondisi sosial. Ketika orang tua dan aktivis mulai memprotes, analisis masalah sosial ini berubah menjadi isu yang mendorong perubahan kebijakan.
Pendekatan Horton dan Hunt juga menyoroti peran agen perubahan. Siapa yang paling vokal dalam mengangkat isu ini? Bisa jadi akademisi, media massa, atau bahkan orang tua. Suara mereka penting untuk membentuk opini publik dan mengidentifikasi masalah yang perlu ditangani.
Selain itu, penting untuk melihat masalah dari berbagai perspektif. Pendekatan ini menghindari pandangan satu arah dan mendorong kita untuk memahami mengapa kelompok yang berbeda memiliki pandangan yang berbeda tentang suatu isu. Ini membuat analisis masalah sosial lebih inklusif.
Solusi untuk masalah sosial dalam pendidikan tidak bisa hanya bersifat teknis. Solusi harus melibatkan perubahan dalam cara pandang masyarakat. Misalnya, untuk mengatasi bullying, perlu ada kesadaran kolektif bahwa perilaku tersebut tidak dapat ditoleransi.
Dalam melakukan analisis masalah sosial ini, kita juga harus mengidentifikasi siapa yang diuntungkan atau dirugikan oleh kondisi saat ini. Kekuatan dan kepentingan tertentu seringkali berperan dalam menjaga status quo, menghalangi solusi yang adil.
Pada akhirnya, pendekatan Horton dan Hunt mengajak kita untuk melihat lebih dari sekadar data. Ia mengajarkan kita bahwa masalah sosial adalah konstruksi sosial yang terbentuk dari interaksi antara kondisi objektif dan persepsi subjektif masyarakat.
Dengan pemahaman ini, kita dapat merumuskan kebijakan yang lebih efektif, bukan hanya untuk mengatasi gejala, tetapi juga untuk menyentuh akar dari masalah sosial dalam pendidikan. Ini adalah langkah maju yang penting.